Kamis, 24 Mei 2012

Satu kata yang bisa membuat segalanya busuk. Tidak hanya luarnya, tetapi juga di dalamnya. Kata itu begitu efektif untuk menggambarkan segala bentuk rasa yang sudah membuncah di hatiku. Aku berusaha menghindarinya, setidaknya untuk menenangkan hatiku sementara waktu. Kata yang mudah untuk diucapkan, tetapi sangat sulit untuk dirasakan, kecuali bagi orang yang sudah jatuh, sepertiku.
"Kebencian"
Kata yang sering kita dengar dari mulut ke mulut. Tidak tabu. tidak aneh. Tidak jarang. Bahkan sangat sering. Namun apakah itu benar-benar dirasakan oleh hati? Seperti berbuat kebaikan yang sangat sulit, memiliki rasa "benci" pun sama sulitnya.
Dan ditingkat yang sulit itu, rasa benci sudah mengurungku ditempat yang jauh entah dimana.
Mengurangi, bahkan membakar semua kebaikan yang aku lakukan.
aku sulit membenci orang lain, tetapi ketika aku sudah sampai pada tahap "danger", segitu sulitnya juga aku membersihkannya.

Jumat, 06 April 2012

Hiroshi Gakuen


                Sekolah. Apa yang pertama kali muncul dipikiran anda ketika mendengar kata ‘sekolah’? Kebanyakan kita berpikir pada murid dan guru, gedung sekolah dan seragam, segala peraturan yang harus di taati, dan apalagi? Pekerjaan rumah? Hukuman? Perkelahian? Atau apa pun lah itu, yang pasti dan sangat penting yaitu pengalaman. Kita mendapatkan pengalaman dari sekolah. Anda pernah dengar kata-kata bijak yang kurang lebih seperti ini, ‘experience is the best teacher’?  Artinya apa? Pengalaman adalah guru yang paling baik. Atau bisa dijelaskan seperti ini, pengalaman yang anda dapat adalah pengajar yang paling baik, pedoman yang bisa anda gunakan untuk memutuskan sesuatu sebelum bertindak, dan mendapatkan pelajaran dari apa yang sudah anda lakukan. Dengan  belajar dari pengalaman, anda bisa mencegah kesalahan yang sudah anda perbuat sebelumnya. Lalu apalagi yang bisa dijelaskan dari kata2 bijak tersebut? Atau anda sudah paham dengan penjelasan singkat itu? Sudahlah, semua orang yang pernah merasakan yang namanya sekolah, pasti mengerti dan tahu apa maksud saya. Toh, tidak perlu penjelasan pun mereka akan paham dengan sendirinya.
Lalu apa hubungannya dengan anak satu ini? Tentu saja berhubungan, karena dia akan berbagi pengalaman tentang masa sekolanya dulu. Oh bukan. Belum bisa dikatakan ‘dulu’, karena itu baru saja terjadi. Setidaknya belum lama ini. Dia adalah orang biasa, sangat biasa. Dengan hidup yang biasa, orang tua biasa, adik kakak biasa, penampilan biasa, semuanya biasa. Tidak ada yang bisa dibanggakan dari gadis ini, selain otak encernya. Ya, bisa dibilang encer kalau dia sedang berada didalam kelas. Setiap ada pertanyaan dari guru, kelancarannya menjawab pertanyaan seperti air terjun yang mengalir. Anda bisa bayangkan bagaimana ‘kan?   Walaupun begitu, dia sangat tidak beruntung dalam bidang sosialisasi. Bisa dibilang, gadis ini tidak punya teman sama sekali selama masa sekolahnya. Apa yang terjadi ? benarkah dia tidak punya teman?? Bukan berarti dia adalah orang jahat atau orang yang pantas di jauhi sehingga dia tidak punya teman. Hal itu terjadi karena sebaliknya, dia sendiri yang menghindar dari orang lain. Oh, sungguh sulit ditebak kenapa gadis ini melakukan hal tersebut. Bukankah itu akan membuat dia sendiri kesusahan. Bagaimana kalau dia sampai pada waktu ketika dia membutuhkan orang lain? Anda juga pasti tahu, tidak ada manusia yang bisa hidup sendiri. Mereka membutuhkan orang lain untuk hidup. Kata ‘hiidup’ sudah mewakili segalanya , bahwa manusia butuh manusia lain. Mungkin si gadis punya alasan kuat kenapa dia melakukan hal tidak masuk akal dan terbilang aneh itu. Nanti akan diceritakan, jadi anda bersabarlah.
==รจ>>>
Hari biasa, si gadis berjalan terus menuju sekolahnya yang biasa saja. Tunggu, kenapa dari tadi saya memakai kata-kata ‘biasa’?  Apakah anda mau kata-kata yang berbeda dari saya? Nanti, bersabarlah.
Senin yang sibuk, indentik dengan sebutan ‘I hate Monday’ di seluruh negeri. Begitu juga yang dirasakan oleh gadis ini. Hari yang membosankan akan segera ia lewati, berbeda dengan teman-temannya yang lain. Kalau saja ia punya teman, pasti tidak akan semembosankan begini. Diliriknya jam tangan berwarna hitam hadiah dari ayahnya, sudah menunjukkan pukul tujuh tepat. ‘Masih banyak waktu.’ Pikirnya dalam hati. Sekolahnya menetapkan masuk jam setengah delapan, dan sekarang masih ada waktu setengah jam lagi untuk kakinya berjalan menuju sekolah.
Seragam SMA yang dipakainya bisa digunakan untuk menebak dimana ia bersekolah. Suna Gakuen, itulah nama SMA nya. Sekolah dengan ranking paling bawah ketika penilaian seluruh sekolah di tokyo dilakukan. Alasannya, karena fasilitas yang kurang lengkap. Kalau boleh dibilang, sekolah itu adalah sekolah orang dengan ekonomi yang sangat biasa ( sebutan halus untuk miskin, oopppsss). Orang tuanya tidak bisa membiayainya masuk ke SMA bagus, padahal gadis itu lulus pada ujian masuk SMA terkenal di Tokyo. Bagaimanapun, tidak bisa dipaksakan hal yang diluar kehendak nya. Ia hanya bisa menuruti kata2 orang tua dan menerima nasib. Ia tidak mengeluh, tidak pula kecewa dengan orang tua nya, dalam pikirannya sekarang adalah bagaimana ia bisa memperoleh ijazah Sma dengan nilai yang membanggakan sehingga ia tidak malu memandang wajah lelah orang tuanya itu.
Baru beberapa saat ia memasuki gerbang sekolah, tiba-tiba seseorang berpakaian hitam serta hiasan dasi hitam datang menghampirinya. Si gadis merasa orang itu tidak mungkin bermaksud untuk menemui dirinya, karena ia sama sekali tidak kenal. Karena itu, dia terus berjalan, menundukkan kepala memberi hormat lalu berjalan terus tanpa mellihat lagi kebelakang.
“ Nona..” panggil orang itu tiba-tiba. Si gadis tersentak kaget, ia pun memandang kebelakang, memastikan kalau bukan dia yang dipanggil.
Orang itu trsenyum kepadanya sambil menundukkan kepala. Salah! Orang itu terlalu hormat kepadanya. Jelas kalau dia lebih tua. Tidak seharusnya orang itu hormat kepadanya.
Si gadis bingung, memandang sekeliling untuk memastikan lagi kalau bukan dia yang di panggil. Tetap saja, tidak salah lagi kalau memang dia yang dipanggil.
“ Nona Denata..” katanya memastikan.
Denata terheran sekali lagi, kenapa dia tahu namanya.
Gadis itu mengangguk.
“ Kakek nona memberikan perintah kepada saya untuk membuatkan surat kepindahan nona dari sekolah ini.” Jelasnya, secara langsung tanpa basa-basi.
“ Kakek? Surat pindah??” tanyanya bingung. Apa maksud orang ini.
“ Sudah saya duga, nona akan bingung. Bagaimana kalau nona ikut dengan saya?” katanyal lagi, langsung.
“ Apa maksudmu? Aku tidak mengerti.” Jawab Denata marah, ia merasa orang ini sudah menipunya. Kenapa secara tiba-tiba dia mengajak nya ikut bersamanya, tentu saja orang akan berpikir dia akan melakukan sesuatu yang jahat.
“ Hanami Denata-sama.” Panggil orang itu lagi ketika Denata berusaha menjauh darinya.
Sekali lagi, Denata terkejut dibuatnya. Selama ini dia memakai nama keluarga ibunya , ‘ Namikaze Denata’. Itulah namanya yang biasa. Sedangkan Hanami adalah marga dari ayahnya. Ia tidak tahu pasti kenapa keluarganya memutuskan begitu, tapi yang jelas ayahnya selalu berkata untuk melindungi keselamatannya.
“ D-darimana kau tau?” tanyanya gugup.
“ Karena itulah, saya meminta nona untuk ikut bersama saya. Saya akan menceritakan semuanya.” Jelasnya , dengan wajah misterius. Sebuah mobil sedan dengan gaya klasik datang mendekat pada mereka berdua.
“ Silahkan, denata-sama.” Ucap orang itu sambil membukakan pintu.
Denata yang sangat penasaran mau tidak mau mengikuti ajakan nya. Toh dia ingin tahu tentang kakeknya, karena tadi orang ini mengatakan tentang kakeknya. Selama 17 tahun, tidak satupun kata yang keluar dari ayah Denata tentang kakeknya.
Mobil berjalan lurus perlahan. Bunyi mesinnya terdengar lembut, menandakan mobil dengan kelas yang sangat tinggi. Seumur hidup, baru kali ini gadis itu menaiki mobil sebagus itu. Tidak sabar, ia segera membuka mulut.
“ Lalu apa?” katanya tidak sabar.
Orang itu tersenyum, lalu menjawab. “sebelumnya izinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya adalah Sawatari Hongo, orang kepercayaan kakek nona, Hanami Takasugi-sama.” Katanya sambil membungkukkan badan.
“ Kakek? Hanami Takasugi, berarti ayah dari ayah ku?” tanyanya makin heran. Ayahnya tidak pernah menceritakan tentang kakeknya selama ini. 


Bersambung.

Kamis, 02 Februari 2012

Silahkan pilih!

Nah, pertama2 coba readers perhatiian gambar-gambar dibawah ini.






Gimana? Kalau readers di suruh milih, mau milih yang mana? Dua-duanya cantik dan imut. 

Kyaaaahhhaaaaahahah, kalau readers awalnya menyangka mereka ini 'perempuan', berarti readers sama banget kayak aku. Pertama kali ngeliat mereka, aku juga mikirnya mereka itu cwe. Tapi kenyataannya, mereka itu adalah cowo loh. wkwkwk
Yang satu namanya Sakurazuka Kiyoshi, seorang cosplayer yang ga pernah make baju sesuai gendernya (cowo). Dia cowo tulen loh, punya pacar. Trus yang satu lagi Nong Poy, kalau ini sih emang udah operasi waktu dia umur 17 tahun. Tapi teetap aja ga nyangka kan kalau dia bisa secantik itu. hahaah

Shida Mirai




Shida Mirai, pemeran Megu di Tantei Gakuen. Aku pertama kali tau dia tuh di drama itu, sumpah dia bagus banget actingnya. Awalnya aku kurang suka, tapi setelah beberapa episode, ternyata Mirai bener-bener aktris yang berbakat. Dibanding Yama-chan, dia malah lebih banyak punya drama yang dia peranin Ngomong-ngomong soal Yama-chan, banyak lho penggemar mereka berdua yang masang-masangin mereka. Katanya tertarik sama mereka waktu di Tantei Gakuen. hihihiihi
Cewe ini lahir pada 10 Mei 1993, cuma beda satu hari sama Yama-chan. 
MIrai udah meranin berbagai macam peran, mulai dari peran imut, peran bego, peran melankolis, peran anak baik, peran cewe berisik, dan semuanya di peranin MIrai dengan baik. 
Gadis ini cuma punya tinggi yang ga jauh beda sama aku, hehehe. Kira2 153-154 cm lah. 
Tapi ga apa2, toh Mirai tetep imut dan manis.


Rabu, 01 Februari 2012

Chinen Yuuri






Ada yang tau siapa nama cowo ini??? tau lah, kan ada di judulnya..
Ini dia si pendek imut, Chinen Yuuri. Anggota kedua termuda di Hey!Say!Jump! , yang sangat dekat dengan Yama-chan. Sikapnya manja selalu bikin dia jadi kekanak-kanakan. Tau ga sih, udah segede gini, dia masih aja suka di gendong sama personil Hey!Say!Jump! yang lain seperti Takaki Yuya dan Arioka Daiki. Tapi walaupun kyak gitu, dia ini jenius loh readers! Bayangkan, hampir semua mata pelajaran dia ngedapetin nilai sempurna. Cowo kidal ini emang jago banget deh, sampe2 dia dpet peringkat terbaik di kelas maupun sekolahnya. Lahir pada 30 agustus 1993. 
chinen udah main di beberapa drama TV Jepang, diantaranya Nanako to Nanao, sebagai seorang adik yang tidak disukai oleh kakak perempuannya (ceritanya, si Chinen ini bukan adik kandung). Di sini Chinen masih berumur sepuluh tahun, tapi apa yang terjadi ???? Dia dapet first kiss di sini, oleh lawan mainnya yang memerankan kakaknya sendiri. hihihihihi
Terus dia juga main Scrap Teacher bareng soulmatenya , yama-chan.. hohoho. Dia berperan sebagai temen Takasugi yang bernama Yoshida, selalu membantu Takasugi saat menyelesaikan masalah di sekolah yang mereka tempati. 


Ya udah, segitu dulu deh . capek ngetiknya, hehehe..
Jaa nee..!!

Best cosplay for Final Fantasy



 




Tifa Lockhart







Rinoa Heatilly








Squall Leonhart







Yamada Ryosuke

ka


Add caption



Ini diaaaaaa... kyaaaa, yama-chan!!!
Udah pada tau belom cowo imut yang satu ini? Kalau kamu suka sama Jepang, kemungkinan besar kamu tau.. hihhii.. secara, ini cowo kan anggota Hey!Say!Jump!, boyband asal Jepang yang terdiri dari cowo2 manis dan imut2. hkhkhk
Nama lengkap Yamada Ryosuke, yang biasa dipanggil Yama-chan sama temen-temennya sesama anggota Hey!Say!Jump!. (padahal dia lebih suka dipanggil pake nama depannya lo!)
Diantara anggota, dia yang paling terkenal dan banyak fans. Cowo kelahiran 9 mei 1993 (seumuran sama akuuu, hiihii) ini, sudah membintangi beberapa drama TV yang didominasi dengan cerita tentang detektif. Aku pertama kali liat di itu di Tantei Gakuen, yama-chan berperan sebagai Amakusa Ryuu yang pintar,  cool, dan tidak banyak bicara. Kemudian, aku liat dia di Scrap teacher, dia berperan sebagai Takasugi, seorang murid misterius yang selalu datang menolong di saar2 yang genting. Di drama Scrap Teacher itu, dia main sama Nakajima Yuto, Chinen Yuri, dan Arioka Daiki. Mereka bener2 kompak di drama itu. Trus, dia main lagi di Hidari me Tantei, berperan sebagai Ainosuke yang mati-matian memecahkan kasus yang justru direncanakan oleh kakak kandungnya sendiri. Dia menerima donor mata kiri dari kakaknya itu, sebelum si kakak pergi meninggalkan nya. 
Banyak lagi dramanya yang lain, tapi berhubung aku belum nonton, jadi segitu aja dulu ya,
Awalnya, si imut ini memberikan kesan yang 'cool'  dan 'cuek' ketika aku ngeliat dia di beberapa drama itu, tapi ternyata perannya berbeda sekali dengan kehidupan yang asli. Yama-chan adalah orang yang sangat ceria, jahil terhadap teman-temannya, dan sangat narsis. Dia dianggap sebagai anggota paling cerewet dan modern di Hey!Say!Jump!. 

Udah dulu ya, segitu aja tentang Yamada Ryosuke. Nanti aku bakal ulas lagi tentang dia.
jaaaaa nee, minna..

Cerita SMA ku


Aku perkenalkan dulu para anggota Sparasbi, sebelum aku memulai ceritaku di masa SMA dulu.
Rasbi 01 = Abdul Wahid
Rasbi 02 = Anake Prima
Rasbi 03= Andry Badhar Dika
Rasbi 04= Ayu Triana
Rasbi 05 = Dewi Andriani
Rasbi 06= Fauzan Alawy
Rasbi 07= Holyza Handika
Rasbi 08= Insanu Muchlisa
Rasbi 09= Iolan Tri Handra
Rasbi 10 = Kevin Santoso
Rasbi 11= Lika Olytia
Rasbi 12= Muddia Ahmad
Rasbi 13= Nova Susanti Asjar
Rasbi 14= Novi Indi Pranoto
Rasbi 15= Okti Diana Suwardi
Rasbi 16= Rahmani Dyana Fitri
Rasbi 17= Rani Azhari
Rasbi 18= Risa Noviarti
Rasbi 19= Sartika Anggraini
Rasbi 20= Siska Amanda
Rasbi 21= Vino Tirtana Ramdhan
Rasbi 22= Wahyu Rahma Dilla
Rasbi 23= Wilda Warnis
Wali Kelas Sparasbi kelas X = Ibu Widyaningsih
Wali Kelas Sparasbi kelas XI= Ibu Maulida Patriana
Wali Kelas Sparasbi kelas XII= Ibu Desmirini




Pertama kali aku menginjak kelas ini, serasa memasuki sebuah dimensi baru yang menuntut ketabahan batinku untuk bertahan. Kelas ini begitu asing bagiku, padahal bentuk dan strukturnya sama saja dengan kelas lain. Ada aura berbeda yang menekanku, sehingga aku merasa janggal dan tak pantas . Ruangannya diberi karpet berwarna biru, dengan gorden putih menjuntai sampai kebawah kusen jendela. Kipas angin bertuliskan ‘sekai’ sudah berdiri dengan tegap didekat papan tulis putih. Lemari baru yang dipenuhi buku pelajaran yang juga baru, sudah siap untuk digunakan. Buku bertuliskan ‘billingual’ itu membuatku sangsi, betapa sulitnya jika aku sudah resmi menjadi anggota kelas yang ‘berbeda’ ini.
Aku menginjakkan kaki di karpet biru nan bagus itu, tentu saja sebelumnya aku sudah melepas sepatu sebelum masuk kedalam. Berjalan selangkah, menatap pandangan orang-orang yang lebih dulu masuk kesana. Mereka balas menatapku, dengan pandangan yang tidak aku mengerti. Jantungku berdebar keras sekali saat itu. Kurasakan hawa semakin panas, membuat keringatku bermunculan dipelipis. Aku tak mau sedikitpun membuka mulut, mataku terus mencari tempat yang kosong untuk aku tempati.  Susunan bangku berbentuk huruf u, membuatku mudah melihat kursi kosong. Dan akhirnya, aku duduk di pojok kanan paling belakang , dekat dengan seorang murid perempuan yang super tinggi.
Aku duduk dengan perasaan campur aduk, sambil memperhatikan semua sudut kelas yang membuatku tertekan. Aku melihat sebuah cctv, alat pengintai satu-satunya dikelasku yang terhubung langsung ke ruang kepala sekolah. Apa jadinya jika anggota kelas ini melakukan hal ‘yang melanggar’? Tentu akan langsung terlihat oleh kepala sekolah.
Untuk masuk kekelas ini, butuh perjuangan dan dorongan dari orang tuaku. Awalnya, beberapa murid dengan nilai UN SMP terbaik dipanggil sehabis MOS. Bu Yetma, selaku pengurus mengumumkan kalau kami akan diseleksi untuk masuk sebuah kelas yang istimewa. Pengumuman itu membuatku senang, sekaligus tidak percaya diri. Dirumah, aku memberi tahu ibu dan bapak tentang pengumuman itu. Mereka sangat antusias.
“ Masuk wi. Kelas itu kan kelas istimewa. Bapak akan bangga sekali kalau anak bapak masuk kelas istimewa seperti itu.” Kata bapakku dengan wajah berbinar-binar . Begitu pula dengan ibuku.
Akhirnya, aku putuskan untuk masuk seleksi. Adapun seleksinya adalah, wawancara dalam bahasa inggris. Aku masuk ke ruangan khusus, yang pada akhirnya aku ketahui sebagai ruang WAKA ( wakil kesiswaan). Dari situ, sudah menunggu empat orang guru yang menatapku dengan ramah, namun tetap saja menimbulkan hawa mencekam. Inilah saat-saat yang paling tidak aku suka. Saat-saat dimana aku gemetaran karena saking deg-degan nya.
Beberapa saat, mereka mulai menanyaiku dalam bahasa inggris.
“ What’s your name, miss?”  tanya seorang  guru laki-laki paruh baya yang kelihatan menakutkan.
“ My name is Dewi, sir..” jawabku, sangat pelan.
“ Oh, dewi. Where do you live”
 “ In mata air, pasa dama.”
“ Pasa dama? Oh yeah, I know it. And, where do you come from? I mean , your junior high school..” 
“ SMP N 1 Tilkam, in Gadut, sir..”
Jawabanku masih sangat kaku dan singkat sepeti jawaban anak SMP kelas satu yang baru belajar Bahasa Inggris. Padahal banyak yang ingin aku sampaikan, tap gara-gara rasa gugup sialan ini, tidak sedikitpun kata-kataku yang mengesankan para juri.
“ Ok..” jawab seorang guru perempuan yang kelihatan jauh lebih ramah. Ia tersenyum lembut padaku.
“ Dewi, what do you want to be?” tanya guru itu, tersenyum lagi.
Aku berpikir sejenak. Aku bahkan belum memikirkan cita-cita sampai saat ini . Au memikirkan guru, tidak. Aku tidak suka. Presiden? Aku tidak berminat sama sekali. Direktur perusahaan? Tidak pernah terpikir olehku. Dan satu-satunya ide yang muncul dari kepala seorang yang gugup dan belum pernah memikirkan tentang cita-citanya adalah pekerjaan paling berat yang menghasilkan banyak uang.
“Doctor, ma’am.” Jawabku, ragu.
“ Almost all of the contestant said that they want to be a doctor . Hahhaha.”  Kata guru laki-laki yang bertanya padaku tadi. Aku tersenyum kecut. Ternyata, para kontestan yang ain juga berpikiran sama denganku. Aduuhh..
Selanjutnya, mereka menyuruhku membaca sebuah teks bahasa inggris .Mungkin untuk menguji bagaimana pronunctiation ku. Aku akui, pembacaan kata-kata bahasa inggrisku cukup baik. Tapi, mungkin saja sainganku juga sama seperti ku, bahkan mungkin lebih. Setelah itu, aku keluar dengan sangat lega. Test wawancara itu berlalu, aku seperti terlepas dari beban yang beberapa hari lalu menghimpit pikiran ku.
 Sebulan di kelas reguler, cukup membuatku kenal dengan dua-tiga orang disana –aku termasuk orang yang susah berteman- Aku mengenal Iolan yang juga masuk seleksi seperti ku, iwit, dan Syaiful. Sempat mereka menertawakanku dengan Syaiful, sebagai pasangan hot di televisi yaitu Syaiful jamil dan dewi persik. Aku cuek menanggapinya, tanpa aku sadari bahwa orang yang dipasangkan denganlu itu merasakan hal yang lain, yang pada akhir cerita akan membuat masalah.

Saat-saat pertama di kelas ini, aku masih celingak celinguk kebingungan. Hanya Iolan, Anis, dan Manda yang aku kenal di ruangan itu, dan selebihnya aku tidak tahu. Ada tujuh orang laki-laki dikelas ini, yang pada awalnya tidak satupun yang membuatku terkesan atau bahkan menghilangkan pikiranku dari sosok Rio. Dan ada 16 orang perempuan –termasuk aku- disini, dengan berbagai macam tipikal wajah, cara berpakaian, sikap, dan lain-lain. Namun semua itu tidak penting sama sekali dikelas ini karena otak adalah penentu. Semua diukur dari segi kemampuan otak kami untuk mengolah semua yang diajarkan. Itu juga yang membuatku gamang untuk masuk kelas berstandar internasional ini. Dari pancaran wajah, mereka kelihatan pintar dan mempunyai pemikiran yang lebih jauh daripada pemikiran ku –yang ada dipikiranku saat itu bagaimana aku bisa koleksi komik conan dengan lengkap- Aku tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi jika kata-kata bapakku terwukud. Bapak berkata,
“ Dewi, pokoknya masuk saja kelas itu. Jadi rangking terakhirpun tidak apa-apa karena semua anak-anaknya unggul! Rangking terakhir dikelas itu bisa jadi rangking satu dikelas biasa.”
Aku pun memutuskan untuk masuk kelas ini karena alasan bapak yang seperti itu. Jadi, aku tidak ada beban –walaupun sebenarnya aku masih ingin mempertahankan juara satuku di SMP dulu- untuk masuk kelas ini, setidaknya beban untuk jadi yang terbaik.
Beberapa saat kemudian, guru fisika masuk dengan gayanya yang masih anggun. Guru itu masih muda, dan tampak cantik. Berbagai macam wejangan diberikannya karena kebetulan dia adalah wali kelas kami. Belakangan aku ketahui nama guru itu adalah ibu Widyaningsih dan panggilan populernya ‘bu widi’. Dia lucu, namun aku tidak akan pernah menyangka apa yang akan terjadi selanjutnya dengan ibu ini setelah beberapa kali pertemuan.
Pertama kali yang dilakukan adalah pemilihan ketua kelas. Semua orang yang sudah saling mengenal mencalonkan teman mereka yang di anggap layak jadi ketua. Au yang tidak mengenal satu oangpun laki-laki di kelas itu , terpaksa menurut saja saat mereka  memilih kandidat. Diantara ke tujuh cowo itu, yang rata-rata sok cuek, ada yang berasal dari luar sumatera barat. Ada yan dari medan, duri, pekanbaru, bahkan jakarta. Tentu saja mereka hanya mengerti bahasa indonesia. Aku yang malas berbahasa asing dilidahku, lebih memilih diam dibanding berbicara dengan mereka.
Akhirnya, terpilih fauzan sebaga ketua kelas, Anake wakil, dan Shanty bendahara. Aku tidak mengenal mereka, tapi entah mengapa aku memilih mereka untuk jadi kandidat. Mungkin karena gaya mereka yang meyakinkan untuk menjadi penyalur inspirasi kami.


Bersambung.



Hajimemashite, MInna-san!

Arigatou , udah nyempetin baca blog aku.
Masih banyak kekurangan disana-sini, jadi aku mohon komentarnya ya biar aku bisa lebih baik lagi mengelolanya.
Kalau bagi yang tau sama aku, pasti tau juga dong gimana sukanya aku sama jepang. Mulai dari manga-nya, anime-nya, negaranya, tradisinya, doramanya, boybandnya, dan lain-lain.
Nah, di blog ini aku akan mengulas seputar itu, berbagai macam info tentang jepang.
Moga bermanfaat ya!