Sekolah. Apa yang pertama kali
muncul dipikiran anda ketika mendengar kata ‘sekolah’? Kebanyakan kita berpikir
pada murid dan guru, gedung sekolah dan seragam, segala peraturan yang harus di
taati, dan apalagi? Pekerjaan rumah? Hukuman? Perkelahian? Atau apa pun lah
itu, yang pasti dan sangat penting yaitu pengalaman. Kita mendapatkan
pengalaman dari sekolah. Anda pernah dengar kata-kata bijak yang kurang lebih
seperti ini, ‘experience is the best teacher’? Artinya apa? Pengalaman adalah guru yang
paling baik. Atau bisa dijelaskan seperti ini, pengalaman yang anda dapat
adalah pengajar yang paling baik, pedoman yang bisa anda gunakan untuk
memutuskan sesuatu sebelum bertindak, dan mendapatkan pelajaran dari apa yang
sudah anda lakukan. Dengan belajar dari
pengalaman, anda bisa mencegah kesalahan yang sudah anda perbuat sebelumnya.
Lalu apalagi yang bisa dijelaskan dari kata2 bijak tersebut? Atau anda sudah
paham dengan penjelasan singkat itu? Sudahlah, semua orang yang pernah merasakan
yang namanya sekolah, pasti mengerti dan tahu apa maksud saya. Toh, tidak perlu
penjelasan pun mereka akan paham dengan sendirinya.
Lalu apa
hubungannya dengan anak satu ini? Tentu saja berhubungan, karena dia akan
berbagi pengalaman tentang masa sekolanya dulu. Oh bukan. Belum bisa dikatakan
‘dulu’, karena itu baru saja terjadi. Setidaknya belum lama ini. Dia adalah
orang biasa, sangat biasa. Dengan hidup yang biasa, orang tua biasa, adik kakak
biasa, penampilan biasa, semuanya biasa. Tidak ada yang bisa dibanggakan dari
gadis ini, selain otak encernya. Ya, bisa dibilang encer kalau dia sedang
berada didalam kelas. Setiap ada pertanyaan dari guru, kelancarannya menjawab
pertanyaan seperti air terjun yang mengalir. Anda bisa bayangkan bagaimana
‘kan? Walaupun begitu, dia sangat tidak beruntung
dalam bidang sosialisasi. Bisa dibilang, gadis ini tidak punya teman sama
sekali selama masa sekolahnya. Apa yang terjadi ? benarkah dia tidak punya
teman?? Bukan berarti dia adalah orang jahat atau orang yang pantas di jauhi
sehingga dia tidak punya teman. Hal itu terjadi karena sebaliknya, dia sendiri
yang menghindar dari orang lain. Oh, sungguh sulit ditebak kenapa gadis ini
melakukan hal tersebut. Bukankah itu akan membuat dia sendiri kesusahan.
Bagaimana kalau dia sampai pada waktu ketika dia membutuhkan orang lain? Anda
juga pasti tahu, tidak ada manusia yang bisa hidup sendiri. Mereka membutuhkan
orang lain untuk hidup. Kata ‘hiidup’ sudah mewakili segalanya , bahwa manusia
butuh manusia lain. Mungkin si gadis punya alasan kuat kenapa dia melakukan hal
tidak masuk akal dan terbilang aneh itu. Nanti akan diceritakan, jadi anda
bersabarlah.
==è>>>
Hari biasa,
si gadis berjalan terus menuju sekolahnya yang biasa saja. Tunggu, kenapa dari
tadi saya memakai kata-kata ‘biasa’?
Apakah anda mau kata-kata yang berbeda dari saya? Nanti, bersabarlah.
Senin yang
sibuk, indentik dengan sebutan ‘I hate Monday’ di seluruh negeri. Begitu juga
yang dirasakan oleh gadis ini. Hari yang membosankan akan segera ia lewati, berbeda
dengan teman-temannya yang lain. Kalau saja ia punya teman, pasti tidak akan
semembosankan begini. Diliriknya jam tangan berwarna hitam hadiah dari ayahnya,
sudah menunjukkan pukul tujuh tepat. ‘Masih banyak waktu.’ Pikirnya dalam hati.
Sekolahnya menetapkan masuk jam setengah delapan, dan sekarang masih ada waktu
setengah jam lagi untuk kakinya berjalan menuju sekolah.
Seragam SMA
yang dipakainya bisa digunakan untuk menebak dimana ia bersekolah. Suna Gakuen,
itulah nama SMA nya. Sekolah dengan ranking paling bawah ketika penilaian
seluruh sekolah di tokyo dilakukan. Alasannya, karena fasilitas yang kurang
lengkap. Kalau boleh dibilang, sekolah itu adalah sekolah orang dengan ekonomi
yang sangat biasa ( sebutan halus untuk miskin, oopppsss). Orang tuanya tidak
bisa membiayainya masuk ke SMA bagus, padahal gadis itu lulus pada ujian masuk
SMA terkenal di Tokyo. Bagaimanapun, tidak bisa dipaksakan hal yang diluar
kehendak nya. Ia hanya bisa menuruti kata2 orang tua dan menerima nasib. Ia
tidak mengeluh, tidak pula kecewa dengan orang tua nya, dalam pikirannya
sekarang adalah bagaimana ia bisa memperoleh ijazah Sma dengan nilai yang
membanggakan sehingga ia tidak malu memandang wajah lelah orang tuanya itu.
Baru beberapa
saat ia memasuki gerbang sekolah, tiba-tiba seseorang berpakaian hitam serta
hiasan dasi hitam datang menghampirinya. Si gadis merasa orang itu tidak
mungkin bermaksud untuk menemui dirinya, karena ia sama sekali tidak kenal.
Karena itu, dia terus berjalan, menundukkan kepala memberi hormat lalu berjalan
terus tanpa mellihat lagi kebelakang.
“ Nona..”
panggil orang itu tiba-tiba. Si gadis tersentak kaget, ia pun memandang
kebelakang, memastikan kalau bukan dia yang dipanggil.
Orang itu
trsenyum kepadanya sambil menundukkan kepala. Salah! Orang itu terlalu hormat
kepadanya. Jelas kalau dia lebih tua. Tidak seharusnya orang itu hormat
kepadanya.
Si gadis
bingung, memandang sekeliling untuk memastikan lagi kalau bukan dia yang di
panggil. Tetap saja, tidak salah lagi kalau memang dia yang dipanggil.
“ Nona
Denata..” katanya memastikan.
Denata
terheran sekali lagi, kenapa dia tahu namanya.
Gadis itu
mengangguk.
“ Kakek nona
memberikan perintah kepada saya untuk membuatkan surat kepindahan nona dari
sekolah ini.” Jelasnya, secara langsung tanpa basa-basi.
“ Kakek?
Surat pindah??” tanyanya bingung. Apa maksud orang ini.
“ Sudah saya
duga, nona akan bingung. Bagaimana kalau nona ikut dengan saya?” katanyal lagi,
langsung.
“ Apa
maksudmu? Aku tidak mengerti.” Jawab Denata marah, ia merasa orang ini sudah
menipunya. Kenapa secara tiba-tiba dia mengajak nya ikut bersamanya, tentu saja
orang akan berpikir dia akan melakukan sesuatu yang jahat.
“ Hanami
Denata-sama.” Panggil orang itu lagi ketika Denata berusaha menjauh darinya.
Sekali lagi,
Denata terkejut dibuatnya. Selama ini dia memakai nama keluarga ibunya , ‘
Namikaze Denata’. Itulah namanya yang biasa. Sedangkan Hanami adalah marga dari
ayahnya. Ia tidak tahu pasti kenapa keluarganya memutuskan begitu, tapi yang
jelas ayahnya selalu berkata untuk melindungi keselamatannya.
“ D-darimana
kau tau?” tanyanya gugup.
“ Karena
itulah, saya meminta nona untuk ikut bersama saya. Saya akan menceritakan
semuanya.” Jelasnya , dengan wajah misterius. Sebuah mobil sedan dengan gaya
klasik datang mendekat pada mereka berdua.
“ Silahkan,
denata-sama.” Ucap orang itu sambil membukakan pintu.
Denata yang
sangat penasaran mau tidak mau mengikuti ajakan nya. Toh dia ingin tahu tentang
kakeknya, karena tadi orang ini mengatakan tentang kakeknya. Selama 17 tahun,
tidak satupun kata yang keluar dari ayah Denata tentang kakeknya.
Mobil
berjalan lurus perlahan. Bunyi mesinnya terdengar lembut, menandakan mobil
dengan kelas yang sangat tinggi. Seumur hidup, baru kali ini gadis itu menaiki
mobil sebagus itu. Tidak sabar, ia segera membuka mulut.
“ Lalu apa?”
katanya tidak sabar.
Orang itu
tersenyum, lalu menjawab. “sebelumnya izinkan saya memperkenalkan diri. Nama
saya adalah Sawatari Hongo, orang kepercayaan kakek nona, Hanami
Takasugi-sama.” Katanya sambil membungkukkan badan.
“ Kakek?
Hanami Takasugi, berarti ayah dari ayah ku?” tanyanya makin heran. Ayahnya
tidak pernah menceritakan tentang kakeknya selama ini.
Bersambung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar